BAPAK
PANDU INDONESIA
KH. AGUS SALIM
BIODATA
Nama : Haji Agus Salim
Lahir : Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 9 Oktober 1884
Wafat : Jakarta, 4 November 1954
Ayah : Angku Sutan Mohammad Salim
Ibu : Siti Zainab
Isteri : Zaenatun Nahar
Anak : Delapan Orang
Pendidikan :
Europeesche Lagere School (ELS)
Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia (Jakarta)
Karir :
Anggota Volksraad
(1921-1924)
·
Anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
·
Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II dan Sjahrir
III (1946-1947)
·
Pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan
negara-negara Arab, terutama Mesir (1947)
·
Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Amir
Sjarifuddin II (1947-1948)
·
Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta I dan Hatta II
(1948-1949)
BIOGRAFI
Haji Agus Salim (Bukit Tinggi, Sumatera
Barat, 9 Oktober 1884 - Jakarta, 4 November
1954) tokoh yang pada waktu kecil mempunyai nama Masyhudul Haq ini adalah
seorang ulama dan tokoh pejuang kemerdekaan dari Minangkabau, Sumatera
Barat. Ayahnya adalah seorang kepala jaksa di Pengadilan
Tinggi Riau.
Pendidikan dasar ditempuh Agus Salim di Europeesche Lagere
School (ELS) sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke
Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Agus Salim berhasil menjadi lulusan
terbaik di HBS se-Hindia Belanda. Setelah lulus, Salim bekerja sebagai
penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri.
Pada tahun 1906, Agus Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja pada
Konsulat Belanda di sana.
Agus Salim kemudian menekuni dunia jurnalistik sejak
tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat
menjadi Ketua Redaksi. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung
hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta.
Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai
Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en
Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim
aktif dalam dunia politik sebagai pemimpin organisasi Sarekat Islam.
Agus Salim menguasai sembilan bahasa asing, diantaranya
Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki dan Jepang. Haji Agus Salim
pernah menjadi penerjemah di Konsulat Belanda di Jeddah Arab Saudi. Agus Salim
pernah menjabat Menteri Luar Negeri pada periode 3 Juli 1947 - 20 Desember
1949. Pada masa jabatannya Agus Salim menjadi ketua delegasi Indonesia dalam
Inter Asian Relation Conference di India dan berusaha membuka hubungan
diplomatik dengan sejumlah Negara Arab, terutama Mesir dan Arab Saudi.
Peran
Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:
·
Anggota Volksraad (1921-1924)
·
Anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
·
Menteri Muda Luar Negeri Kabinet
Sjahrir II dan Kabinet
Sjahrir III tahun 1946-1947
·
Pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan
negara-negara Arab, terutama Mesir tahun 1947
·
Menteri Luar Negeri Kabinet
Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II tahun 1947-1948
·
Menteri Luar Negeri Kabinet Kabinet
Hatta I dan Kabinet
Hatta II tahun 1948-1949
Setelah
mengundurkan diri dari dunia politik, pada tahun 1953 Agus Salim mengarang buku
dengan judul "Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid harus
dipahamkan?" yang kemudian diubah menjadi "Keterangan Filsafat
Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal". Agus Salim meninggal dunia pada
tanggal 4 November 1954 di RSU Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kalibata, Jakarta.
1 komentar:
la nek bapak pandu dunia sopo ??
Posting Komentar