Jumat, 26 Juli 2013

Bapak Pandu Indonesia

BAPAK PANDU INDONESIA
KH. AGUS SALIM

BIODATA
Nama               : Haji Agus Salim
Lahir                 : Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 9 Oktober 1884
Wafat              : Jakarta, 4 November 1954
Ayah                 : Angku Sutan Mohammad Salim
Ibu                     : Siti Zainab
Isteri                 : Zaenatun Nahar
Anak                 : Delapan Orang
Pendidikan    :
Europeesche Lagere School (ELS)
Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia (Jakarta)
Karir :
Anggota Volksraad (1921-1924)
·         Anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
·         Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II dan Sjahrir III (1946-1947)
·         Pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir (1947)
·         Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Amir Sjarifuddin II (1947-1948)
·         Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta I dan Hatta II (1948-1949)
BIOGRAFI
Haji Agus Salim (Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 9 Oktober 1884 - Jakarta, 4 November 1954) tokoh yang pada waktu kecil mempunyai nama Masyhudul Haq ini adalah seorang ulama dan tokoh pejuang kemerdekaan dari Minangkabau, Sumatera Barat. Ayahnya adalah seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau.
Pendidikan dasar ditempuh Agus Salim di Europeesche Lagere School (ELS) sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Agus Salim berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda. Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Pada tahun 1906, Agus Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja pada Konsulat Belanda di sana.
Agus Salim kemudian menekuni dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim aktif dalam dunia politik sebagai pemimpin organisasi Sarekat Islam.
Agus Salim menguasai sembilan bahasa asing, diantaranya Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki dan Jepang. Haji Agus Salim pernah menjadi penerjemah di Konsulat Belanda di Jeddah Arab Saudi. Agus Salim pernah menjabat Menteri Luar Negeri pada periode 3 Juli 1947 - 20 Desember 1949. Pada masa jabatannya Agus Salim menjadi ketua delegasi Indonesia dalam Inter Asian Relation Conference di India dan berusaha membuka hubungan diplomatik dengan sejumlah Negara Arab, terutama Mesir dan Arab Saudi.
Peran Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:
·      Anggota Volksraad (1921-1924)
·      Anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
·      Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II dan Kabinet Sjahrir III tahun 1946-1947
·      Pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir tahun 1947
·      Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II tahun 1947-1948
·      Menteri Luar Negeri Kabinet Kabinet Hatta I dan Kabinet Hatta II tahun 1948-1949
Setelah mengundurkan diri dari dunia politik, pada tahun 1953 Agus Salim mengarang buku dengan judul "Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid harus dipahamkan?" yang kemudian diubah menjadi "Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal". Agus Salim meninggal dunia pada tanggal 4 November 1954 di RSU Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

1 komentar:

Anonim mengatakan... Reply Comment

la nek bapak pandu dunia sopo ??